LAPORAN DARI ANTALYA
Lupakan hasil kemarin, mulai dengan hari baru, semangat baru. Jangan sampai lengah, karena kalau lengah, berarti bakal kalah. Justru di sinilah tantangannya, atlet harus menang, apapun kondisi dan tantangannya
ANTALYA, 19 April 2023 – Memasuki babak eliminasi dengan sistem gugur di divisi compound yang berlangsung pada Rabu (19/04/23) pagi waktu Turki, Indonesia mendapat lawan tangguh, baik untuk beregu putra maupun beregu putri.
Beregu putra compound Indonesia akan menghadapi tim compound putra Belanda, yang salah satunya dihuni oleh peringkat satu dunia compound putra saat ini Mike Schloesser. Sementara itu, tim compound putri Indonesia harus berhadapan muka kembali dengan Sara Lopez, menyusul undian yang mempertemukan Indonesia dan Kolombia di babak eliminasi.
Dari hasil kualifikasi pada Selasa (18/09/23) kemarin, tim compound putra Indonesia sempat menduduki rangking keempat. Namun, pada ronde kedua menjelang penutupan pertandingan, posisi itu menggeser di peringkat delapan. Total skor yang dikumpulkan beregu compound Indonesia sekitar 2113 poin.
Dengan memiliki Mike Schloesser, compound putra Belanda memang masih berada di bawah satu peringkat dari Indonesia. Namun, jumlah poin yang dikumpulkan terbilang sangat tipis atau beda 3 poin dari Indonesia sebesar 2111. Perbedaan itu terletak pada jumlah raihan X yang lebih banyak diperoleh Indonesia, dengan mengumpulkan 77 X ketimbang beregu Belanda yang cuma 65 X.
Dalam undian yang dikeluarkan kemarin, Indonesia dan Belanda sama-sama mendapatkan bye pada babak 12 besar. Bersama-sama melangkah ke delapan besar, dengan hasil akhir yang terbilang tipis di babak kualifikasi tersebut sudah tentu persaingan ketat di babak eliminasi akan tersaji hari ini.
Seperti diketahui, tim compound Indonesia saat ini diwakili oleh Deki Andika Hastian, Dhany Diva Pradana, dan Gilang Aji Jayawardhana. Sementara itu, Hendika Pratama Putra harus tersingkir lebih awal karena tidak berhasil menggapai batas minimum peringkat yang lolos. Hendika berada di posisi 74 dari 86 peserta yang ikut di babak kualifikasi.
Tak kalah seru, tim putri compound yang dihuni oleh Sri Ranti, Syahara Khoerunissa, Ratih Zilizati Fadhli harus bekerja lebih keras untuk bisa lolos dari lobang jarum. Tim putri compound Indonesia bertengger di peringkat paling bawah atau di posisi 14, dengan total 2045 poin yang diperoleh.
Sementara itu, lawannya dari Kolombia saat ini berada di peringkat ketiga dengan total poin 2106. Tim Kolombia yang dihuni oleh Sara Lopez berhasil mengumpulkan total 164 (10+X) dan 64 (X). Sedangkan Indonesia mengumpulkan 110 (10+X) dan 50 (X).
Coach Subarno mengatakan, pada penampilan di hari perdana, beberapa atlet memang masih lengah dalam 72 anak panah. Dalam perjalanannya, fokus beberapa atlet sempat buyar. Bahkan, ada atlet yang harus ditenangkan karena memiliki perasaan berkecamuk yang berlebihan karena baru tampil pertama kali di ajang besar seperti World Cup ini.
Kepada indonesiaarchery.org, Coach Subarno menegaskan, tim pelatih menuntut atlet untuk lebih serius dan tampil fokus sepanjang turnamen pada hari ini. Karena memasuki babak gugur, sedikit saja ada kelengahan seperti pada hari pertama, akan berakibat pada kekalahan.
“Lupakan hasil kemarin, mulai dengan hari baru, semangat baru. Jangan sampai lengah, karena kalau lengah, berarti bakal kalah. Justru di sinilah tantangannya, atlet harus menang, apapun kondisi dan tantangannya,” kata dia,
Deki Andika mengatakan, dirinya sudah berusaha untuk tampil yang terbaik dan memberikan poin maksimal pada babak kualifikasi yang berlangsung kemarin. Namun, cuaca menjadi salah satu kendala yang dia rasakan. “Pada pagi hari kondisi cuaca di sini sempat hujan, lalu tiba-tiba berubah menjadi panas dan berangin, kemudian hujan lagi. Jadi perubahannya cepat sekali,” kata dia.
Deki menambahkan, beruntung bahwa dirinya bersama kontingen Indonesia sudah mempersiapkan perubahan cuaca seperti itu kala berlatih di Lembang, Bandung pekan lalu.
Sementara itu, Ratih mengatakan, dirinya cukup puas dengan penampilan di babak kualifikasi. Memang perolehan poinnya sempat turun sekitar dua poin dari target pelatihan. Hal ini terjadi karena ada kendala di peralatan. “Saya memang belum puas dengan penampilan sendiri, masih ada kendala di alat. Tetapi, secara skor, poin saya berada di rentang target sesuai latihan,” kata dia.
Waketum II Pembinaan dan Prestasi PB Perpani Abdul Razak mengatakan, atlet Indonesia mendapatkan pengalaman berharga dengan bisa beradu teknik dengan negara-negara seperti Belanda dan Kolombia yang dihuni oleh pemain top dunia, seperti Mike Schloesser dan Sara Lopez. Pengalaman dan jam terbang tersebut jarang akan mereka temui lagi dalam perjalanan karier mereka sebagai atlet, kecuali kalau para atlet Indonesia dapat bersaing di level top dunia. Pengalaman tersebut menjadi bekal untuk turnamen-turnamen selanjutnya.
“Pemain kita merupakan campuran senior dan junior. Mereka yang junior akan mendapatkan jam terbang dan pengalaman berharga untuk membentuk mereka menjadi atlet yang tangguh ke depan,” kata dia.