JAKARTA, 13 Maret 2023 – Langkah progresif pendidikan atlet melalui skema Disain Besar Olahraga Nasional (DBON) telah membawa Rafa Abdillah, 13 tahun, asal Kalimantan Timur lolos menjadi salah satu atlet putra divisi recurve. Masuknya Rafa dengan mengusung beban meraih medali di ajang internasional, termasuk di olimpiade, merupakan pertaruhan yang tidak mudah. Namun, PB Perpani melihat penuh optimistis karena dalam diri Rafa, muncul bibit-bibit muda bertalenta yang sejak awal menyadari tanggung jawabnya untuk mengharumkan nama bangsa.
Kala mengetahui Rafa ikut dalam Seleksi Nasional (Seleknas) dan lolos di Tahap Pertama, Head Coach Panahan dari Sentra UNJ Saraswati langsung bergerak cepat. Sejak awal dia ingin memastikan status atlet DBON yang melekat pada Rafa. Sementara di sisi lain, dia juga tahu keinginan terbesar atletnya itu, yang ingin segera bergabung dengan pelatnas dan membela nama Indonesia.
“Sejak dari Desember, saya sudah bertanya ke Kementerian Olahraga. Bagaimana dengan atlet DBON yang ingin mengikuti Seleknas ke Pelatnas. Apakah diperbolehkan mengikuti pelatnas apabila atlet tersebut lolos?” ujar dia kepada indonesiaarchery.org di Jakarta, pekan lalu.
Saraswati menjelaskan, jawaban dari Kemenpora waktu itu sangat melegakan. Atlet DBON dapat mengikuti Seleknas dan apabila lolos, atlet tersebut dapat bergabung dengan pelatnas. Sementara statusnya sebagai atlet DBON tetap melekat pada atlet tersebut sesuai dengan Surat Keputusan (SK) pengangkatan yang sudah berlaku.
“Tujuannya kan sama-sama ingin mengharumkan nama bangsa, juga menggunakan anggaran negara. Jadi, atlet DBON siap untuk bergabung ke pelatnas dan bersaing untuk memberikan yang terbaik bagi Tanah Air,” tambah dia.
DBON memang sengaja merekrut anak-anak usia dini untuk dibina dan digembleng menjadi atlet yang diproyeksikan meraih emas pada sepuluh tahun mendatang di Olimpiade 2032. Targetnya adalah jangka panjang, dengan pola pembinaan terstruktur dan berkelanjutan. Karena itu, atlet DBON direkrut dari atlet-atlet berbakat pada usia SD. Mereka dititipkan pada universitas yang memiliki sejumlah fasilitas, training center, program pelatihan, dan pelatih dengan berbasis pada sport science.
Untuk cabang olahraga panahan, ada 12 atlet yang saat ini digembleng melalui program tersebut, di antaranya tiga atlet recurve di Sentra Universitas Negeri Jakarta (UNJ), tiga atlet standar bow di Sentra Universitas Indonesia (UI), empat atlet di Universitas Negeri Semarang (Unnes), dan tiga atlet recurve di Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Saraswati mengatakan, program pelatihan untuk para atlet panahan seperti Rafa sudah mengikuti standar pelatihan untuk pelatnas. Selain tahap pesiapan umum, ada juga tahap persiapan khusus, pra kompetisi, dan kompetisi. “Latihannya pun pagi dan sore sebagaimana menu latihan di pelatnas. Karena itu, atlet DBON sudah sangat familiar dan bakal mudah beradaptasi dengan lingkungan pelatnas,” katanya.
Di DBON, setiap atlet memang selalu diberi target untuk dicapai. Bagi atlet panahan, target tersebut biasanya terkait jumlah tembakan, berikut latihan-latihan lain untuk pembentukkan massa otot, tulang, dan psikis.
Rafa sendiri memiliki target total tembakan sekitar 450 anak panah. Menjelang persiapan menuju Seleknas Tahap Kedua, Rafa dibebankan untuk menembak hingga 630 – 670 anak panah. “Dia orangnya sangat kompetitif. Ketika melihat skor senior atau temannya jauh lebih baik dari dirinya, dia akan berupaya sekuat tenaga untuk menyamai bahkan melampaui rekor senior dan temannya itu. Jiwa untuk bangkit dari kegagalan sangat cepat, karena kemauannya sangat kuat,” katanya.
Menurut Saraswati, terbuka kemungkinan bagi pelatih DBON untuk bergabung ke pelatnas untuk mendampingi anak asuhannya, asalkan sesuai dengan ketentuan, kebijakan, dan slot pelatih di pelatnas. Dia juga berpesan agar Rafa dilatih lebih keras, jangan terlalu diperlakukan dengan lunak. Karena pada tataran usia sangat muda, Rafa harus terus menerus diingatkan untuk berbagai program pelatihan.
“Kami berharap atlet DBON seperti Rafa dapat memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara. Namun, apabila atlet kami harus didegradasi karena tidak berkembang, DBON akan siap menampung kembali para atlet tersebut untuk menjalani pemusatan latihan sebagaimana biasanya,” tegas dia.