JAKARTA, 11 Maret 2023 – Rafa, demikian dia disapa, begitu tanpa beban pada ronde terakhir babak eliminasi Seleksi Nasional Tahap Kedua PB Perpani. Sebelum melesakkan anak panah terakhir, dia masih sempat menggodai teman-teman DBON sentra UNJ yang juga hadir di Lapangan Panahan, Gelora Bung Karno, Jumat (10/03/23). Dia bahkan mengajak salah satu temannya menjadi coach untuk memantau jatuhnya anak panah miliknya ke bidang sasar tembakan.
Siapa sangka, pemilik nama lengkap Muhammad Rafa Abdillah asal dari Kalimantan Timur tersebut masih berusia 13 tahun. Namun, usia semuda itu bukan menjadi penghalang bagi Rafa untuk mengikuti Seleknas.
Pada Seleknas Tahap Kedua, Rafa berhasil mengumpulkan total skor 1.299, unggul atas Bagus Gede Agus Yudistiawan di urutan ketiga dengan total skor 1.266. Dia hanya tertinggal dari Ahmad Khoirul Baasith yang memuncaki peringkat dengan total skor 1.305. Dengan hasil itu, namanya menjadi salah satu yang turut diumumkan sebagai atlet yang lolos ke pelatnas.
Sebelumnya, pada daftar atlet panahan yang lolos pada Seleknas Tahap Kedua, Rafa bertengger di peringakat ke-10 dari 12 atlet recurve putra yang lolos.
Nama Rafa lantas melambung. Dengan usia semuda itu, dia telah menapak jalan panjang nan penting yang tidak semua atlet panahan mampu menggapai pencapaian tersebut. Apalagi, dengan usia semuda itu!
“Saya sudah kenal panahan dari sejak kecil. Saya tertarik dengan panahan, lalu coba-coba berlatih sendiri dengan melihat di internet, lebih tepat you tube dari para atlet panahan juara dunia. Lalu, sejak kelas tiga SD, saya mengambil les ekstrakulikuler untuk cabang olahraga (cabor) panahan. Saya coba mengikuti turnamen, kok malah juara. Kemudian saya masuk klub,” katanya.
Rafa saat ini tercatat di klub Sabili Archery, Balikpapan. Tahun lalu, ketika ada seleksi atlet DBON (Desain Besar Olahraga Nasional), Rafa mengikuti seleksi yang diselenggarakan Kementerian Olahraga tersebut. Dia sendiri tidak menyangka bisa masuk seleksi atlet DBON dan akhirnya bergabung ke Sentra Latihan Olahraga Muda Potensial Nasional (SLOMPN) di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
“Di SLOMPN, program pelatihan kami sama dengan program pelatihan atlet panahan di pelatnas. Sama persis, dari pagi hingga sore. Standar prestasi juga mengikuti standar pelatnas. Setiap hari, rata-rata jumlah tembakan saya sekitar 400 hingga 500 anak panah. Skor saya bisa di atas 330,” katanya.
Remaja pria yang dulunya adalah siswa SD Sekolah Alam tersebut tidak menampik bahwa bergabung dengan pelatnas merupakan impian tertingginya. Dia ingin berlaga di World Archery, dan tentu saja Olimpiade. “Saya dulu suka sepak bola, tapi tidak bisa jadi atlet. Sekarang impian saya adalah meraih emas Olimpiade dan mengharumkan nama bangsa,” tegas dia.
Head Coach Panahan Sentra UNJ Saraswati mengatakan, seperti atlet-atlet DBON lainnya, Rafa diharapkan dapat mencapai prestasi puncak pada 10 tahun mendatang. Namun, tidak menutup kemungkinan, dengan lolosnya Rafa ke pelatnas, dirinya berharap Rafa bisa meraih prestasi terbaik bagi dirinya dan mengharumkan nama Indonesia.