LAPORAN DARI BERLIN
Niscaya bagi siapapun, bila tampil dengan Super Perfect Score seperti yang ditunjukkan Deotale, tak ada satupun yang bisa menandingi. Para Atlet India, selalu sulit untuk dikalahkan dengan ketangguhan mereka menghasilkan perfect score.
BERLIN, 06 Agustus 2023 – Para pemanah asal India menggila di Berlin, dengan mencetak tiga gelar juara dunia sekaligus di ajang Hyundai World Archery Championships. Ketiga juara dunia itu berasal dari individu putri, individu putra, dan beregu putri. Semuanya dari divisi compound. India pantas menyandang gelar rajanya compound, untuk saat ini, setelah pada sepanjang turnamen panahan dunia, atlet-atletnya tidak pernah alpa meraih medali.
Swami Aditi Gopichand adalah juara dunia termuda dalam sejarah, setelah pada babak final mengalahkan Andrea Becerra asal Meksiko. Dia bahkan menyatukan gelar juara dunia junior, karena sebelumnya Swami juga tampil sebagai juara pada ajang World Archery Youth Championships di Limerick bulan lalu.
Pada partai puncak tersebut, penampilan Swami hampir tanpa cela. Dia memperoleh total skor 149, yang artinya hanya satu anak panah Swami yang meleset ke bidang sasar 9. Selebihnya, dalam lima putaran, anak panah Swami selalu bersarang di 10.
“Saya fokus, jaga irama, dan saya bisa meraih juara. Saya bangga dengan diri sendiri dan mencoba untuk menikmati lagu kebangsaan India pada 52 detik di podium juara. Masih ada pekerjaan rumah di Asian Games, Oktober mendatang. Saya juga ingin mengibarkan bendera India dan lagu kebangsaan kami berkumandang di sana,” ujar dia.
Penampilan yang tak kalah menakutkan juga disajikan oleh Ojan Deotale. Cara menembak yang kesetanan itu, sudah ditunjukkan Deotale sejak babak semifinal. Berhadapan dengan Mr Perfect Score Mike Schloesser dari Belanda, sang pemegang peringkat satu dunia compound putra, Deotale nampak tidak gentar.
Tak heran, keduanya sama-sama memulai putaran pertama dengan perfect score, berurutan hingga putaran kedua. Kedudukan menjadi 90 – 90. Kesempatan bagi Deotale datang, ketika pada putaran ketiga, salah satu anak panah Schloesser jatuh di angka 9. Deotale tetap konsisten di skor 30 hingga putaran keempat, kedudukan menjadi 120 – 119. Schloesser sebenarnya punya kesempatan pada babak terakhir, tetapi keduanya pada akhirnya berbagi angka 29 – 29, sehingga Deotale maju ke babak final dengan total skor 149 – 148.
Penampilan menggila berikutnya adalah di partai puncak, saat Deotale berhadapan dengan Przybylski Lukasz asal Polandia, yang mengalahkan Kin Jonho dari Korea Selatan. Deotale patut disematkan gelar “Super Perfect Score” atau “Summa Perfecta Score” karena pada putaran pertama hingga terakhir, tidak ada satupun anak panahnya meleset dari angka 10. Deotale tanpa cacat dengan poin 150, sedangkan Lukasz 149.
“Saya sepertinya masih bermimpi, apakah benar saya menjadi juara dunia di sini? Semunya tentang latihan, latihan, dan latihan. Saya coba fokus pada setiap tembakan, dan saya berhasil melakukannya. Apalagi, saya mendapatkan hasil yang sempurna. Saya ingin bendera India terus berkibar di setiap turnamen. Target ke depan saya adalah Asian Games,” kata Deotale.
Niscaya bagi siapapun, bila tampil dengan Super Perfect Score seperti yang ditunjukkan Deotale, tak ada satupun yang bisa menandingi. Para Atlet India, saat ini, selalu sulit untuk dikalahkan jika mereka telah masuk ke babak perempatfinal hingga semifinal. Mereka menembak dengan kesetanan dan selalu mendapatkan perfect score.
Penampilan gemilang Swami pun berlanjut pada beregu putri. Bersama-sama dengan Vennam Jyoty yang meraih medali perunggu di nomor individu, dan rekan mereka Kaur Parneet, ketiganya juga menjadi kampium untuk beregu putri. Pada partai puncak, mereka mengalahkan tim beregu putri Meksiko.
Sementara itu, juara dunia beregu putra diambil oleh Polandia, setelah mengalahkan Denmark, dan juara dunia beregu campuran dari Amerika Serikat, yang menundukkan duet Sara Lopez dan Sebastian Arenas dari Kolombia.