LAPORAN DARI SHANGHAI
Jika ingin bersaing di level tiga besar dan meraih medali, Tim Merah Putih harus memperbaiki presisi tembakan. Pada laga krusial seperti empat besar, mau tidak mau, anak panah harus jatuh di angka 9, 10, dan X. Bila perlu, Indonesia harus mencetak skor sempurna sebanyak-banyaknya.
SHANGHAI, 21 Mei 2023 – Tim panahan pelatnas Indonesia nyaris mempersembahkan dua medali perunggu dan harus puas dengan peringkat keempat dari dua nomor, Recurve Women Team dan Recurve Mixed Team, setelah pada perebutan tempat ketiga tersebut harus kalah dari lawan-lawannya pada Hyundai Archery World Cup Stage (AWCS) 2 di Shanghai, China.
Pencapaian tersebut terbilang sebuah prestasi setelah pada AWCS 1 di Turki, Merah Putih hanya bisa mencapai babak delapan besar. Beregu putri recurve kala itu dikalahkan tim putri recurve dari Jepang di babak delapan besar dengan skor 0 – 6. Diananda – Reza – Alpriani harus menyerah dengan total tembakan 43 – 50 – 50, sedangkan Jepang mencetak total tembakan 48 – 55 – 53. Sementara itu, beregu campuran divisi recurve di Turki mencapai babak dua belas besar. Duet Diananda – Arif Pangestu dihentikan wakil dari Malaysia dengan skor 6 – 2.
Bertanding di Stadion Yuanshen, Shanghai, Diananda – Bagas harus berhadapan dengan Fatma Marasli – Mete Gazoz dari Turki untuk medali perunggu. Indonesia mengawali putaran pertama dengan memberi perlawanan berarti bagi Turki, total tembakan 35 – 35 dengan skor akhir 1 – 1. Pada putaran kedua, anak panah pertama Turki meleset ke angka 6, sedangkan Indonesia 7. Tetapi, Turki cepat memperbaiki performa dan selebihnya mereka mampu menembak di angka 9 dan 10.
Sayangnya, kebangkitan tim Turki tersebut tidak mampu memacu Indonesia bersaing di level yang sama. Diananda – Bagas hanya mampu bermain di angka 7, 8, 9, bahkan 6. Kelemahan itu menjadi titik eksplorasi Gazoz – Marasli yang mencetak total tembakan pada dua putaran menjadi 35 dan 38, sedangkan Indonesia 32 dan 34. Medali perunggu menjadi milik Turki dan Indonesia harus puas di peringkat empat.
Jika ingin bersaing di level tiga besar dan meraih medali, Tim Merah Putih harus memperbaiki presisi tembakan. Pada laga krusial seperti empat besar, mau tidak mau, anak panah harus jatuh di angka 9, 10, dan X. Bila perlu, Indonesia harus mencetak skor sempurna sebanyak-banyaknya. Seperti yang terjadi pada Jawkar, Schloesser, Lim Sihyeon, atau D’Almeida. Ini PR Indonesia ke depan!
Sebelumnya, pada laga perebutan medali perunggu Diananda – Rezza – Thea Darma juga harus mengakui tiga putri dari Negeri Tirai Bambu. Tim putri recurve China sudah memimpin sejak dua putaran pertama dengan 58 versus 54 dan 52 versus 51. Tiga srikandi Indonesia mencoba memberikan perlawanan di putaran ketiga, skor menjadi 2 – 4. Sayangnya, pada putaran terakhir, China bermain di angka 9 dan 10, sementara anak panah terakhir Indonesia bahkan mendarat di poin 6, tiga kali di angka 8, satu kali 7 dan X. Indonesia kalah 2 – 6.
Sekjen PB Perpani Antonius Riva mengatakan, harus ada observasi dan evaluasi yang mendalam dari setiap pertandingan, baik dari atlet maupun pelatih untuk bisa memperbaiki penampilan pada turnamen berikutnya.
“Kita berharap mereka punya catatan-catatan itu, supaya di turnamen berikutnya, mereka semakin tampil lebih baik. Kita terus berproses menuju Berlin, semangat terus, jangan kendur,” ujar dia.
“Terima kasih untuk dukungan dan doa dari pengurus dan suporter di Indonesia. Kami pulang dan belum bisa membawa medali. Mudah-mudahan pada turnamen berikut menjadi lain cerita dan akan lebih baik,” tegas Wakil Sekjen I PB Perpani Kuswahyudi, yang juga manager tim Indonesia yang berangkat ke Shanghai.
Memang, jika dibandingkan dengan skor yang dicetak di babak final, PR Tim Merah Putih adalah menghasilkan skor-skor sempurna. Satu kesalahan kecil bisa mengakibatkan kekalahan dan berakhir fatal. Sejauh ini, Deki Hastian yang mampu mencetak summa prefecta score, atau sangat sempurna karena anak panah mendarat sempurna di angka X atau 10. Itu terjadi di Turki, kala Deki mengalahkan pemanah Kroasia Domagoj Buden di babak tiga puluh besar. Namun, konsistensi adalah PR lain untuk bisa tampil maksimal pada semua laga.