LAPORAN DARI SHANGHAI
Sungguh keterlaluan, empat perempuan Korea Selatan merebut semua medali recurve putri. Tetapi, itulah kenyataan yang terjadi di Shanghai. Cerita yang berbeda ada di final recurve putra dengan kembalinya D’Almeida, veteran Oh Jin Hyek, dan dua pemanah muda dari Belanda dan China.
SHANGHAI, 19 Mei 2023 – Tak ada kata lain lagi bagi Korea Selatan, yang menempatkan empat wakilnya di semifinal recurve putri, selain mengesankan pada ajang Hyundai Archery World Cup Stage (AWCS) 2 di Shanghai, China. Dengan empat wakil di semifinal, Korea Selatan bakal memborong semua medali yang diperebutkan di recurve putri.
Cerita tentang empat perempuan dari Korea Selatan itu adalah sejarah lain dari tangguhnya Korea Selatan di cabang olahraga panahan. Hasil itu memang sudah dapat diprediksi dengan tampilnya Kang Chae Young di peringkat satu kualifikasi, Choi Misun di urutan ketiga, dan An San di urutan keempat.
Yang tak mau kalah dari senior-seniornya adalah Lim Sihyeon, pemula yang memikili skor paling tinggi saat seleksi timnas Korea Selatan. Dia bergabung dalam empat wanita tangguh itu, untuk mengklaim semua medali di Shanghai.
“Harusnya saya bisa memberikan tiga medali emas untuk Korea Selatan, tetapi dua sepertinya sudah cukup untuk saat ini. Saya sangat menikmati pertandingan dan puas dengan hasil yang saya capai bersama tim,” ujar Kang.
Penampilan Kang di Shanghai begitu perkasa. Dia selalu menang dengan skor mencolok, termasuk ketika mengalahkan Bryony Pitman dari Inggris Raya dengan skor telak 6 – 0.
Kalah dari Kang menyebabkan Pitman begitu sedih. Dia seolah tidak percaya dengan kemampuannya sendiri karena tidak satupun putaran di babak perempat final itu bisa dia raih. “6 – 0 itu begitu menyakitkan. Saya seperti tidak berdaya dan kehilangan sentuhan pada busur. Tetapi, saya harus cepat bangkit,” katanya.
Hal menarik lainnya, Choi Misun benar-benar menuntaskan mimpi Penny Healey di babak perempat final, yang ingin beradu teknik dan mental dengan para pemanah Korea. Sebagai world number one saat ini, dia ingin melengkapi tahta teratasnya dengan mengalahkan pemanah Korea. Namun, Penny rupanya tidak beruntung dan harus menyerah dari Choi Misun dengan skor 4 – 6.
Sementara itu, perjalanan the rising star Lim Sihyeon tidak menemukan hambatan berarti. Dia mengkandaskan pemanah asal India, Jepang, dan China untuk sampai ke babak semifinal.
An San sendiri mencapai semifinal dengan menjalani partai klasik dengan Katharina Bauer, yang baru-baru ini tergeser dari peringkat satu dunia. Bauer harusnya memberi perlawanan, tetapi An San terlalu tangguh dan menyingkirkan Bauer dengan skor 7 – 1.
Keempatnya bakal saling berhadapan, Kang versus An San dan Choi Misun versus Lim Sihyeon. An San mengatakan, sungguh sangat senang kembali berada di empat besar, apalagi bersama teman-teman saya sendiri. “Saya ingin menyugguhkan pertandingan yang menarik bersama rekan-rekan di final nanti,” katanya.
Berbeda yang terjadi di tim putra, Marcus D’Almedia akhirnya menemukan jalan pulang untuk mengklaim dirinya sebagai world number one. Dia tampil penuh fokus dan menjadi salah satu atlet panahan yang tidak mau mengeluh soal cuaca Shanghai yang berubah-ubah sejak dari babak kualifikasi. Satu per satu lawan-lawannya dia tekuk, dari Caleb Urbina, Saito Fumiya, dan terakhir Baptiste Addis untuk sampai ke semifinal.
D’Almeida bakal bersaing memperebutkan medali emas bersama semifinalis lainnya, di antaranya pemanah tuan rumah Li Zhongyuan, Steve Wijler, dan veteran Korea Selatan Oh Jin Hyek.
“Sudah saya katakan dari awal, saya berusaha untuk fokus dan membiarkan tubuh saya beradaptasi dengan kondisi di sini. Saya merasa lebih percaya diri dan puas dengan bidikan saya,” akunya.
Steve menjadi salah satu yang mencolok dari perjalanannya menuju semifinal. Di babak perdelapan final, dia menekuk Mete Gazoz dengan skor 7 – 3 dan di babak perempat final dia tampil konsisten dengan menguburkan impian Brady Ellison 6 – 4. Mete Gazoz sendiri melapangkan jalan Steve dengan menyingkirkan wakil Korea lainnya Kim Je Deok.
Bertemu dengan Gazoz di perdelapan final, menurut Steve, adalah mood booster dia untuk melaju ke babak berikut. “Mengalahkan Gazoz membuat kepercayaan diri saya meningkat. Gazoz mengalahkan Kim dan saya mengalahkan dia. Saya sangat senang dengan pencapaian saya di sini dan siap bertarung untuk empat besar,” katanya.
Bagi Oh Jin Hyek, semifinal itu memang bukan yang pertama. Dia menjadi salah satu yang paling banyak mengumpulkan medali di World Cup selain Kim Woojin. Namun, berada di semifinal di Shanghai adalah pembuktian lain dari seorang veteran yang masih mampu bersaing di level tertinggi. Oh Jin kini 41 tahun, dan satu-satunya wakil Korea Selatan di empat besar recurve putra.
“Ada banyak pemanah muda yang bagus sekarang, tetapi saya tidak pernah mau kalah. Saya akan bersaing dengan mereka dan membuktikan bahwa saya masih patut diperhitungkan,” katanya beberapa waktu lalu.
Sukacita yang sama juga ditegaskan Li, wakil tuan rumah. “Jujur saya sangat terkejut dan tidak menyangka bisa ke semifinal. Ini seperti mimpi bagi saya. Mental juara dan kepercayaan diri menjadi kunci dalam kemenangan saya di hari ini,” kata dia.