LAPORAN DARI SHANGHAI
Oh Yoohyun menorehkan total skor 700, yang jarang dicapai atlet compound putri. Pencapaian itu memang masih kalah dengan rekor dunia yang diciptakan Sara Lopez dengan total 713.
SHANGHAI, 16 Mei 2023 – Angin kencang dan cepat berubah arah menjadi keluhan banyak atlet panahan dunia yang berlaga di turnamen Hyundai Archery World Cup Stage (AWCS) 2 di Stadion Yuanshen, Kota Shanghai, China. Namun, kondisi tersebut nampak tidak berpengaruh pada dua atlet panahan divisi compound asal Korea Selatan.
Kim Jongho yang turun dengan nomor peserta 18A berada di peringkat pertama untuk compound putra dengan total skors 709 di babak kualifikasi AWCS 2 tersebut. Pada sesi pertama, dia mengumpulkan total skor 254, dengan dua kali mendapatkan skor 60. Sesi kedua, dia tetap tampil konsisten dengan mendapatkan total 355 skor, 10+X sebanyak 61 dan X sekitar 34 kali.
Skor di atas 700 memang bukan milik Kim Jongho semata. Ada sembilan atlet compound dunia yang meraih total skor 700 ke atas, di antaranya world number one Mike Schloesser dengan total skor 703, Mathias Fullerton 707, pemanah Korea lainnya Choi Yonghee 702, dan jawara Stage 1 di Turki Josef Bosansky 706 di peringkat ketiga.
Di compound putri, dua pemanah compound Korea Selatan memimpin peringkat. Oh Yoohyun menorehkan total skor 700, yang jarang dicapai atlet compound putri. Pencapaian itu memang masih kalah dengan rekor dunia yang diciptakan Sara Lopez dengan total 713. Pada babak kualifikasi tersebut, Oh Yoohyun mampu membidik 53 kali 10+X, dengan 25 kali X. Sementara itu, rekan senegaranya Song Yun Soo berada di peringkat kedua dengan total skor 698.
“Sangat sulit untuk tampil konsisten di sini, terutama karena kondisi angin. Ini tantangan yang saya hadapi selama pertandingan tadi. Tetapi, pada akhirnya saya mendapatkan ritme dan memanah pada timing yang pas di tengah kondisi angin yang berubah-ubah,” ujar Oh Yoohyun.
Jyothi Vennam asal India, yang tampil garang pada Stage 1 di Turki, tercecer di rangking enam dengan total skor 693. Atas pencapaiannya di babak kualifikasi tersebut, dia mengatakan, situasi yang dia hadapi saat ini sangat berbeda dengan kondisi yang biasa dia alami saat bertanding di Shanghai.
“Ini moment besar. Kami sudah melakukan yang terbaik. Tetapi, saya merasakan situasi yang sangat berbeda dari pengalaman saya bertanding sebelumnya di Shanghai. Angin jadi tantangan terbesar untuk saya hari ini,” katanya.
Bosansky juga merasakan tantangan yang sama dan dia bahkan merasa tidak bahagia dengan hasil yang dicapai pada babak kualifikasi. Dia mengatakan, angin kencang datang setiap waktu. Total skor 706 yang dia capai bukanlah hasil maksimal seperti yang dia torehkan pada sesi latihan bebas. “Jujur saya tidak bahagia dengan hasil hari ini, angin berhembus kencang, dan saya merasa harus mulai dengan proses baru lagi dari awal,” akunya.
Bicara soal tantangan angin, Deki Andika Hastian, atlet compound Indonesia, menyampaikan kesan serupa. “Kita memang sudah berlatih di bawah kondisi angin di Lapangan Panahan Gelora Bung Karno. Namun, angin di sini lebih kencang dan karakternya berputar-putar. Saking kencangnya, angin sampai menggeser tenda-tenda di pinggir lapangan,” katanya.
Tantangan lain, kata dia, suatu pengalaman baru bagi dirinya bertanding di dalam sebuah stadion. Dia belum terbiasa memanah di dalam stadion, sehingga butuh adaptasi. “Pada pagi hari kita menembak menghadap matahari dan pada sore hari, kita membelakangi matahari. Kondisi silau lebih dari biasa. Ini sebuah pengalaman baru bagi saya,” tambah dia.
Sementara itu, Ella Gibson, world number one compound putri harus puas di tempat keempat dengan total poin 696, berada di bawah satu tingkat dari atlet panahan asal Turki Burun Hazal. Elisa Rooner dari Italia juga mengalami nasib sama, tercecer di peringkat 14 dengan total skor 689.
Apapun tantangannya, laga AWCS 2 tetap berjalan. Para atlet harus menghadapi dan cepat beradaptasi dengan kondisi riil di lapangan. Apalagi, fase berikutnya adalah babak eliminasi, kalah atau menang!