Menariknya, dari sekitar sepuluh negara yang penampilannya moncer di ajang AWCS 1 tersebut, peran pelatih dari Korea Selatan sebagai arsitektur prestasi negara-negara itu sangatlah kuat. Hampir seluruh pelatih China Taipei bahkan dari Korea Selatan.
JAKARTA, 05 Mei 2023 – Secara mengejutkan India dan China mampu menembus dominasi negara-negara seperti Amerika Serikat, Perancis, Jerman, dan Inggris Raya pada Hyundai Archery World Cup Stage (AWCS) 1 di Antalya, Turki, bulan lalu. Absennya Korea Selatan membuat sejumlah pengamat memprediksikan, para juara tidak akan bakal bergeser dari five top rank atlet panah dunia saat ini.
Prediksi itu terjungkal dengan hadirnya dominasi Jyothy Vennam, Josef Bosansky, Dan Olaru, Ojan Deotale, hingga Juwaidi Mazuki. Bersama Amerika Serikat, India bahkan menjadi juara umum dengan meraih empat medali. China berada di bawahnya dengan merengkuh tiga medali, sedangkan China Taipei, Perancis, dan Malaysia meraih dua medali.
Harus diakui, prestasi tersebut tidak datang secara instan, bahkan berbanding lurus dengan investasi yang dikorbankan. Menariknya, dari sekitar sepuluh negara yang penampilannya moncer di ajang AWCS 1 tersebut, peran pelatih dari Korea Selatan sebagai arsitektur prestasi negara-negara itu sangatlah kuat. Sepuluh negara itu, antara lain Amerika Serikat, Perancis, Australia, China, China Taipei, India, Jepang, Malaysia, Kazakshtan, dan Yunani.
Baek Woong Ki, peraih dua medali emas di Olimpiade London saat ini adalah pelatih kepala Vennam, Deotale, Das Atanu, dan tim panahan India. Di belakang Jean Charles Valladont dari Perancis, ada Oh Seon Tek sebagai pelatih. Pada 2019, Seon Tek adalah pelatih Korea Selatan, kemudian dia dipinang federasi panahan Perancis untuk mempersiapkan Tim Ayam Jago itu sebagai tuan rumah Olimpiade.
Sejak 2016, Kisik Lee adalah pelatih tim nasional panahan Amerika Serikat. Dia juga memiliki pusat pengembangan olahraga panahan, yang menerbitkan berbagai metode pelatihan dan teknik dalam memanah.
China memiliki Kwon Yong-Hak. Karena kerja kerasnya, dia disanjung sebagai pelatih yang memiliki jasa besar terhadap prestasi tim nasional panahan China. Dia dikenal sebagai pelatih yang detil dan spesifik, serta mengembangkan sendiri finger spacer bagi anak didiknya. Dedikasi dan kerja keras Kwon Yong-Hak sedikit banyaknya telah terlihat di AWCS 1.
Untuk China Taipei, pembelajaran teknik memanah seperti atlet Korea Selatan sudah mereka pelajari selama bertahun-tahun. Kim Hyung Tak dan Oh Kyo Moon adalah dua tokoh yang selalu memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan olahraga panahan di negara tersebut, termasuk untuk prestasi tim nasional China Taipei.
Alhasil, hampir seluruh pelatih tim nasional panahan China Taipei berasal dari Korea Selatan. Dengan investasi tersebut, mereka tampil cukup kompetitif, hingga meraih satu medali perak melalui duet CHIU Yi-Ching TANG Chih-Chun di beregu campuran recurve.
Tetangga terdekat Malaysia memiliki Lee Jae-Hyung, yang mendedikasikan dirinya hingga 21 tahun untuk membimbing atlet-atlet panahan Malaysia. Dia sekarang memang bukan lagi pelatih, melainkan penasihat. Tetapi, dasar-dasar yang dia bangun di pelatnas Malaysia mampu melahirkan atlet kompetitif, seperti Juwaidi Mazuki.
Kala bertemu dengan recurve putri dari Negeri Sakura di Turki bulan lalu, Indonesia belum bisa berbuat banyak. Jepang yang diwakili oleh tiga srikandinya mengalahkan Indonesia 6-0. Mereka memiliki Sang Hoon Kim, yang berhasil membawa anak didiknya Takaharu Furukuawa meraih medali perunggu recurve putra di Olimpiade Tokyo.
Demikian juga dengan Australia yang saat ini menggaet Oh Kyo Moon, Yunani bersama Choi Jaekhyun, Kazakhstan dengan Kim Jae Chen. Oh Kyo Moon adalah olimpian, peraih medali emas di Olimpiade Sydney, pernah membesut timnas panahan Korea Selatan dan China Taipei, yang kini kembali balik ke kota itu. Target Kyo Moon adalah Olimpiade Perancis 2024.
Jika ingin menyelam lebih dalam, kehadiran dan peran para pelatih asal Korea tersebut berbanding lurus dengan prestasi para atlet. Australia memang belum kelihatan, karena Kyo Moon baru saja bergabung. Berbeda dengan India, China, China Taipei, dan Perancis yang sudah lebih lama. Apalagi, Amerika Serikat yang sudah berinvestasi lebih dari 10 tahun.
Yang jelas, peta persaingan tidak akan jauh berbeda selagi Korea Selatan belum bergabung di AWCS. Kita bakal kembali menyaksikan racikan adu teknik dan taktis mereka di Hyundai Archery World Cup Stage (AWCS) 2 di Shanghai, China.