LAPORAN DARI ANTALYA
Di hati kecilnya, dia ingin mempersembahkan yang terbaik untuk Tanah Air. Namun, apa daya, dia menjadi perempuan terakhir yang mengangkat busur, dengan jarak podium yang masih jauh.
ANTALYA, 21 April 2023 – Di Tanah Air, setiap tanggal 21 April, Indonesia selalu mengenang perjuangan RA Kartini dalam mengangkat derajat kaum wanita. Di Antalya, Jumat (21/4/23) hari ini, seorang wanita berdiri dengan kepala tegak dan menjadi perempuan terakhir yang memegang busur dari 16 atlet panahan Merah Putih yang dikirim ke ajang Hyundai Archery World Cup Stage (AWCS) I.
Diananda Choirunisa atau yang biasa disapa Anis punya mimpi untuk segera lolos ke Olimpiade Paris 2024 dan meraih medali di sana. Tekad yang sama juga diungkapkan Rezza Octavia, rekannya di recurve putri sekaligus bestie-nya.
Namun, Indonesia harus berpikir serius untuk dapat menggapai mimpi Anis dan kawan-kawan, menyusul hasil yang diperoleh Tim Merah Putih pada ajang AWCS I di Turki tersebut. Pasalnya, ajang di Antalya itu menjadi gambaran paling nyata peta persaingan panahan dunia, termasuk kekuatan Indonesia dibandingkan negara-negara lain.
Enam belas besar sepertinya menjadi garis batas yang belum mampu dilampaui Tim Merah Putih. Rata-rata atlet panahan Indonesia gugur pada fase eliminasi tersebut, entah lawannya datang dari pemain top rank atau yang harusnya satu level, baik perseorangan maupun beregu.
Anis adalah yang terakhir mengejar asa di Antalya. Lawan Anis di fase enam belas besar adalah Laura Van Der Winkel asal Belanda. Dia kini menempati posisi 11 dunia recurve putri, 21 tahun, pemegang satu medali perak World Cup Stage. Pada babak aduan tersebut, Anis sempat menjaga asa 2-2, namun pada dua putaran berikut Anis kalah poin, sehingga Laura berhak jadi pemenang dengan skor 6-2.
Di belakang Anis, ada Alviyanto Bagas Prastyadi, yang berjuang di fase tiga puluh dua besar melawan pemanah asal India Tarundeep Rai. Pertarungan keduanya boleh dibilang ketat dan seru. Bagas duluan memimpin 2-0, kemudian disusul Rai 2-2. Pada putaran terakhir, skor mereka sama kuat 5-5 dan harus dilanjutkan dengan shoot off. Bagas dan Rai menembak di jalur poin yang sama 9-9, tetapi karena anak panah Rai lebih dekat dengan X, poin diberikan kepada Rai. Bagas kalah 5-6.
Sementara itu, Rezza Octavia dan Arief Pangestu sudah kalah duluan dari lawan-lawannya. Keduanya tidak bisa berbuat banyak. Rezza kalah 0-6 dari Casey Kaufhold dari Amerika Serikat dan Arief Pangestu 3-7 dari Sagor Islam, pemanah asal Bangladesh.
Dari sisi peringkat, Anis juga yang terbaik dari 15 atlet Merah Putih lainnya. Pada babak kualifikasi, dia berhasil menyodok di urutan ke-10 dengan mengumpulkan total poin 660. Dengan posisi itu, dia mendongkrak posisi recurve campuran di urutan 12, dan recurve beregu putri di posisi 14.
Coach Denny Decko mengatakan, uji coba adalah tujuan utama keikutsertaan Indonesia di ajang AWCS. Di balik uji coba itu, ada pengukuran terkait perolehan poin dan kompetitifnya atlet dibandingkan dengan negara-negara lain.
Sementara itu, Waketum II Bidang Pembinaan dan Prestasi Abdul Razak mengatakan, setelah sesampai di Indonesia, pihaknya akan segera melakukan evaluasi. “Dari penampilan atlet kita, banyak sisi yang harus dievaluasi,” katanya.
Setelah menuntaskan tembakan terakhirnya, Anis hanya bisa tersenyum. Tugasnya sebagai atlet hari itu telah selesai. Di hati kecilnya, dia ingin mempersembahkan yang terbaik untuk Tanah Air. Medali di Hari Kartini begitu istimewa, dan di hari kemenangan mayoritas masyarakat di Indonesia. Namun, apa daya, dia menjadi perempuan terakhir yang mengangkat busur, dengan jarak podium yang masih jauh.
Tak mengapa, perjalanan masih panjang, target menuju Olimpiade Paris 2024 masih bisa diraih. Tentu saja, dengan kerja lebih keras, kerja lebih cerdas.