D’Almeida telah membuktikan bahwa dominasi Korea Selatan bisa dipatahkan oleh perubahan detil teknik menembak. Perubahan itu hanya mungkin terjadi dari rangkaian inovasi bersama sejumlah pelatih berpengalaman dan detil dengan urusan teknik menembak.
JAKARTA, 13 Maret 2023 – Marcus D’Almeida kini bertengger di peringkat satu dunia untuk divisi recurve putra, menggeser pemanah recurve asal Korea Kim Woojin di peringkat kedua, Miguel Alvarino Garcia di peringkat ketiga, dan Brady Ellison di peringkat keempat. Kendati perbedaan poin antara D’Almeida dan Kim terpaut tipis, hanya berjarak sekitar 5 poin, pria asal Rio de Jenairo Brasil itu sukses menggeser dominasi Korea yang menguasai peringkat satu sejak November tahun lalu.
D’Almeida sebelumnya tidak pernah beranjak dari peringkat enam atau tujuh. Dalam catatan statistik worldarchery.sport, pencapaian terbaik D’Almeida adalah di peringkat empat. Hal itu terjadi sejak 27 Juni hingga 03 Oktober tahun lalu. Lalu, D’Almeida melorot ke rangking lima hingga 30 Januari tahun ini dan akhirnya merampas dominasi Kim Woojin sejak 13 Maret lalu.
“Saya selalu bermimpi menjadi pemanah nomor satu dunia. Sejak pertama kali bertengger di rangking dunia, saya berharap suatu saat nanti akan datang waktunya saya berada di posisi ini. Memang rangking nomor satu dunia tidak selalu merepresentasikan Anda memiliki kualitas individual dan sangat kompetitif, tetapi bergantung dari bagaimana Anda menjalani musim (series) terbaik. Namun, di atas segalanya, pencapaian ini merupakan persembahan terbaik untuk Brasil,” ujar dia seperti dikutip dalam situs yang sama.
Dalam catatan prestasinya, D’Almeida meraih satu medali perak individual (2014) pada Youth Olympic Games dan pada tahun berikutnya meraih medali emas. Pada 2021, dia menjadi runner up pada Kejuaraan Panah Dunia Hyundai, kalah dari Kim Woojin. Sementara itu, tahun lalu pada Piala Dunia Panahan Hyundai di Paris, D’Almeida meraih perunggu untuk tim campuran bersama Ana Caetano dengan mendepak juara olimpiade Korea.
Menilik dari perjalanan prestasi dan melambungnya nama D’Almeida kini, gonjang ganjing itu datangnya dari ketangguhan dia di Piala Dunia Paris pada tahun lalu dengan mengalahkan tiga juara olimpiade, dua di antaranya dari Korea Selatan. Dengan pencapaian tersebut, D’Almeida benar-benar menjadi momok bagi pemanah asal Korea Selatan dan sumber kekalahan Korea Selatan untuk meraih medali. Dia menjadi pemanah Brasil pertama di peringkat satu dunia.
“Saya tetap harus bekerja keras. Dengan menjadi nomor satu dunia di recurve, pencapaian itu merupakan motivasi kuat bagi saya,” katanya.
Pernyataan D’Almeida memang bukan isapan jempol. Kim Woojin, yang berada di peringkat kedua kini, merupakan lawan tangguh yang bakal terus siap merobohkan dominasinya. Kim Woojin sudah lama nyaman berada di peringkat tiga besar dunia dalam kurun waktu 12 tahun, sejak 2011 hingga kini. Sekali-kali dia pernah turun ke peringkat 114, tetapi sesudah itu dia selalu berada di tiga besar dunia.
Kim adalah peraih tiga kali juara dunia pada 2011, 2015, dan 2021. Dia juga mengantar tim Korea meraih medali emas di Olimpiade Rio dan Tokyo. Kim juga adalah satu-satunya pemanah yang berhasil meraih skor 700 poin untuk 72 anak panah dengan jarak 70 meter. Rekor tersebut diukir pada Olimpiade Rio, mengalahkan rekor sebelumnya yang dibuat Im Dong Hyun di London, 2012.
D’Almeida adalah pemanah yang mengandalkan kekuatan pada tangan kanan. Dengan panjang busur sekitar 76,2 cm serta berat sekitar 20,5 kg, D’Almeida pernah ditempa oleh tiga pelatih panahan berbeda.
Olimpian Inggris Richard Priestman pernah menjadi pelatihnya pada kurun waktu 2013 hingga awal 2014. D’Almeida dilatih untuk menembak di malam hari dengan rata-rata tembakan 300 – 400 anak panah. Selanjutnya ada Evandro De Azevedo dari 2014 hingga 2015. Lalu, ada Alberto Zagami yang meninggalkan Inggris Raya untuk menjadi pelatih kepala di Brasil.
Alberto, di dunia panahan, dikenal sebagai pelatih bertangan dingin yang mampu mengoptimalkan kemampuan anak didiknya, khususnya untuk menambah daya gedor kekuatan dan mengoptimalkan posisi yang tepat (pengkondisian) untuk menghasilkan tembakan yang jauh lebih cepat, sedikit terpengaruh oleh angin, dan tepat sasar, Nah, di tangan Alberto inilah, D’Almeida akhirnya melejit.
Nicky Hunt, pengamat teknik panahan, mengatakan, teknik tembak D’Almeida sudah mirip seperti para pemanah Korea, yang menarik busur hingga merapat ke dagu sampai meninggalkan bekas sebelum anak panah dilesakkan. Dia juga melihat ada perubahan dengan tekukkan kepala, bahu depan, dan siku depan. Dengan perubahan teknik itu, busur D’Almeida berada pada pangkuan posisi yang sempurna dan stabil dan anak panah bakal memiliki daya lesak yang lebih kencang karena perubahan kepala, bahu, dan siku tersebut.
Apapun itu, D’Almeida telah membuktikan bahwa dominasi Korea Selatan bisa dipatahkan oleh perubahan detil teknik menembak. Perubahan itu hanya mungkin terjadi dari rangkaian inovasi bersama sejumlah pelatih berpengalaman dan detil dengan urusan teknik menembak. Tidak mungkin hanya mengandalkan bakat semata-mata.